Minyak
bumi memiliki karakterisasi yang dapat diuji menggunakan beberapa metode
analisis antara lain : Densitas, titik nyala, pour point, warna, korosi, viskositas kinematik , kandungan Sulfur, destilasi, residu Karbon / MCRT ,indeks cetana, kandungan air dan bilangan Asam Total
Densitas
Densitas
merupakan berat zat cair persatuan volume pada
temperatur 15oC dan tekanan 101,325 Pascal dengan satuan standar pengukuran
kg/m3. Penetapan
densitas dapat dilakukan dengan metode hydrometer dimana akan didapatkan
besaran suhu (dalam Celsius) dan volume (dalam ml) yang kemudian dikonversikan
ke Tabel pengukuran Minyak 15̊
Titik nyala / Flash
point
Flash Point merupakan temperatur terendah
dimana campuran uap
bahan bakar dengan udara
akan menyala sekejap
kalau terkena api
pada kondisi tertentu (standar) atau dapat
menyambar saat dilewatkan api kecil diatasnya.
Tinggi atau rendahnya
flash point sangat bergantung pada komponen
hidrokarbon bahan bakar. Parafin akan lebih mudah terbakar daripada olefin,
olefin lebih mudah terbakar daripada naftalen, dan aroomat paling sulit
terbakar. Makin tinggi fraksi minyak bumi maka makin tinggi pula nilai flash
pointnya, produk dengan nilai flash point
rendah makin mudah menguap sehingga mudah terbakar. Flash point
dapat menentukan trayek dan sifat kurva
titik didih. Analisa ini juga
membantu menunjukkan temperatur yang aman untuk memindahkan minyak. dari bahaya api
serta untuk menyediakan suata batas keamanan yang cuku terhadap bahaya
kebakaran selama penyimpanan, penanganan dan transportasi
Untuk mengukur
nilai flash point minyak dapat menggunakan metode ASTM
D-56, ASTM D-92, dan ASTM D-93. Metode ASTM D-92 digunakan untuk
menguji sampel pelumas, residu, dan PH solar, ASTM D-93 untuk menguji sampel fuel oil dan fuel gas serta ASTM D-56 untuk menguji sampel kerosin dan avtur. Pada penentuan titik nyala api
/ flash point solar dan residu dapat menggunakan metode ASTM D-93 dengan
menggunakan alat Pensky Marten Closed Cup.
Pour point / pour point
Pour Point
merupakan suatu metode yang digunakan untuk beberapa produk minyak, dimana pour point itu sendiri adalah temperatur
terendah dimana minyak masih dapat dituang atau mengalir dibawah kondisi
pengujian. Pada pengujian ini digunakan standar mutu minyak bakar IFO (Industrial Fuel Oil) I dimana untuk
standar IFO I memiliki nilai maksimal 300C untuk pour pointnya. Pour Point yang dilakukan dalam pengujian ini menganut pada ASTM
D-97 (American Standart Test Methode).
Warna
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk mengetahui nilai warna mineral dari
suatu minyak. Skala ASTM warna secara luas digunakan untuk mengukur produk
minyak bumi seperti solar dan premium. Analisa ini bertujuan untuk memastikan
minyak / bahan bakar yang digunakan sesuai dengan penggunaan yang telah
diperkirakan dan juga untuk mengetahui tidak terjadinnya kontaminasi dan
penurunan kualitas. Untuk menguji warna dapat digunakan metode penguhian IP-7,
ASTM D-1500
Korosi
Senyawa belerang dapat menyebabkan
korosi karena pada proses pembakaran sulfur teroksidasi dan jika bereaksi
dengan H2O dapat membentuk H2SO4 yang memeiliki sifat korosif. Untuk menguji sifat korosif pada
minyak dapat digunakan metode pengujian ASTM D-130
Kandungan sulfur
Analisa sulfur dilakukan untuk mengetahui
kadar sulfur yang terdapat pada sampel dengan metode ASTM D-4294. Gas
buang hasil pembakaran minyak
yang mengandung kadar belerang tinggi akan menghasilkan gas SO2. Gas SO2 yang
terbentuk akan teroksidasi menjadi SO3 dan bila bereaksi dengan uap air dalam
jumlah besar akan menyebabkan hujan asam. Reaksi :
(1)
hidrokarbon (C,H,S) + O2 ---> CO2 + SO2 + kalori
(2)
SO2 + ½ O2 ----> SO3
(3)
SO3 + H2O (dari reaksi pertama) -----> H2SO4 encer
(4)
H2SO4 encer + logam dalam combustion chamber ---->
garam sulfat + H2 (gas)
Dengan
kondisi seperti
diatas jika H2SO4 encer yang korosif tersebut
terkondensasi dalam ruang bakar saat combustion dimatikan dapat mengakibatkan
karat.
Destilasi
Destilasi bertujuan untuk mengetahui trayek
titik didih dari minyak mentah
dan produknya. Destilasi suatu hidrokarbon cair sangat erat hubungannya
dengan kemudahan menguap produk, yang beruna bagi keselamatan (safety) dan
sebagai unjuk kerja (performance) produk, terutama untuk solvent. Destilasi
yang erat hubungannya dengan kemudahan menguap suatu produk yang dinyatakan
sebagai kecepatan penguapan merupakan faktor penting dalam penggunaan solvent,
terutama dalam pemakaiannya sebagai cat.
Metode acuan pengujian Destilasi – Volatility
:
*
ASTMD-86 Standard Test
Method for Distillation of Petroleum Products
*
ASTMD-850 Standard Test
Method for Distillation on Industrial Aromatics Hydrocarbons and Related
Materials.
*
ASTMD-1078 Standard Test
Method for Distillation Range of Volatile Organics Liquids
*
ASTMD-2892 Standard Test
Methods for Distillation of Crude Petroleum.
Beberapa istilah dalam analisa destilasi
antara lain:
*
Initial Boiling Point
(IBP) = pembacaan termometer pada sat tetesan
kondensat pertama jatuh yang terlihat pada ujung tabung kondensor.
*
Percent evaporated = Jumlah persen antara
cairan yang diperoleh (percent recovery) dan persen yang hilang (percent loss)
*
Percent Lost = 100 - jumlah kondensat yang
diperoleh (percent total recovery)
*
Percent Recovered = volume dalam ml dari
kondensat yang diperoleh dalam gelas ukur penerima (receiving graduate) yang
dihubungkan dengan pembacaan termometer
*
Percent Recovery = persen maksimum yang diperoleh
dari suatu destilasi, terbaca pada gelas ukur
*
Percent Residue = volume residue dari suatu
destilasi yang tidak teruapkan sampai tidak terdapat tetesan kondensat.
*
Percent total recovery = gabungan persen yang
diperoleh (percent recovery) dan persen residu (percent residue) dalam tabung
destilasi.
*
End point atau Final
Boiling Point (FBP) = pembacaan
temperatur maksimum selama destilasi berlangsung. Ini terjadi setelah cairan
dalam tabung destilasi teruapkan semua. Juga disebut temperatur maksimum.
Residu karbon / MCRT
Penentuan Nilai residu karbon dari
suatu bahan bakar merupakan suatu pendekatan dalam menentukan kecenderungan
bahan bakar tersebut untuk membentuk endapan (deposit). Pengujian untuk
mengetahui jumlah kandungan residu karbon dapat menggunakan metode micro
carbon residue test.
Indek cetana / angka
setan
Sifat mutu pembakaran dari suatu
bahan bakar minyak ditentukan dengan angka setan. Angka setan merupakan karakteristik
yang terpenting dari bahan bakar motor diesel (minyak solar) yang menunjukkan
kemampuan bahan bakar minyak solar untuk dapat menyala sendiri dalam ruang
bakar. Pemeriksaan angka setan dimaksudkan untuk menentukan waktu tunda (ignition
delay) yaitu jarak waktu antara bahan bakar yang diinjeksikan ke ruang bakar
(silinder) samapai saat terbakar.
Angka setan berpengaruh terhadap
mudah tidaknya mesin dihidupkan, timbulnya ketukan (knocking) dan ketebalan gas
buang. Pengujian
angka setana dapat dilaksanakan dengan mesin uji standar yaitu Cooperative Fuel
research F-5 (CFR F-5) tetapi dapat juga digunakan perhitungan Calculated
Cetana Index (CCI).
Kandungan air
Kandungan air merupakan jumlah volume air
yang terlarut dalam bahan bakar cair. Air yang terlarut dalam bahan bakar dapat
menyebabkan turunnya panas pembakaran, busa dan bersifat korosif. Uji water content bertujuan untuk menguji kandungan air
pada sample uji. Penetapan water content dapat dilakukan dengan menggunakan
metode ASTM D 95
Bilangan Asam Total
Bilangan asam merupakan sejumlah basa
yang dinyatakan dalam miligram KOH per gram. Metode pengujian ini menggunakan
titrasi dengan larutan baku KOH Alkoholic berkonsentrasi 0,1354 N. Indikator
yang digunakan dalam titrasi ini adalah p-naftolbenzena.
Indikator ini memberikan warna awal berupa kuning ./ orange. Pada saat titik
akhir tirasi berubah menjadi hijau kehitaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar